Warga Miskin Butuh Bantuan Pengobatan bagi Anaknya yang Semakin Kurus

Indah Magfira (10), anak dari pasangan Siti Makbul (32) dan Zulfikar (35), warga Gampong Simpang Peut, Kecamatan Kuala, Kabupaten Nagan Raya Aceh, hanya bisa terbaring di rumahnya selama lebih setahun menderita penyakit misterius.(KOMPAS.com/RAJA UMAR)

Nagan Raya | Di tengah upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan kesehatan gratis, masih ada sebagian warga yang mengalami kesulitan mendapatkan perawatan kesehatan. Hal ini dialami oleh sebuah keluarga di Desa Simpang Empat, Kabupaten Nagan Raya, Aceh.

Indah Magfira (10) tidak bisa bergerak. Tubuhnya sangat kurus sehingga terlihat seperti tulang berbalut kulit. Sesekali hanya terdengar tangisan kecil saat ia menahan rasa sakit saat mengalami kejang.

Kondisi kesehatan Indah terus memburuk sejak jatuh sakit pada awal 2013. Sudah lebih dari setahun ini orangtua Indah, Siti Makbul (32) dan Zulfikar (35), hanya pasrah dan membiarkan anaknya terbaring di kamar rumahnya tanpa perawatan medis.

Hidup menjadi keluarga miskin membuat ayah dan ibu Indah tidak mampu membiayai penyembuhan anaknya.
"Kami tidak ada lagi biaya untuk mengobati anak karena sekarang saya sudah tidak punya apa-apa lagi. Harta, tanah, semua sudah saya jual untuk mengobati anak sejak awal jatuh sakit dulu, tetapi tidak sembuh juga," kata Siti kepada wartawan, Rabu (16/3/2016).

Siti menuturkan, penyakit yang diderita Indah muncul ketika putrinya berusia tujuh tahun. Awalnya, Indah mengalami kejang-kejang. Enam hari kemudian, ia lumpuh dan tidak lagi bersuara.

Orangtua membawa bocah tersebut ke Rumah Sakit Umum Daerah Ujong Fatihah Nagan Raya untuk mendapatkan perawatan. Karena penyakitnya tak dapat ditangani, Indah dirujuk ke Rumah Sakit Umum Zainal Abidin, Banda Aceh.
"Karena tidak punya biaya, saya bawa ke RSUD Cut Nyak Dhien," tutur Siti.
Selama satu bulan menjalani perawatan di RSUD Cut Nyak Dhien, Meulaboh, kondisi Indah tak juga membaik.

Dokter yang menanganinya mengatakan, Indah mengalami infeksi di bagian kepala. Mendengar itu, Siti kembali membawa Indah ke RSU Zainal Abidin.
"Di RSUZA Banda Aceh, anak saya di-scanning tidak ada penyakit, tetapi kondisinya semakin parah. Tiga bulan kemudian, saya bawa pulang karena tidak ada lagi biaya untuk pengobatannya dan biaya kami sehari-hari karena obat tidak semua ditanggung BPJS," kata Siti.

Selain ke rumah sakit, Siti juga mengobati anaknya secara tradisional di Lamno, Aceh Jaya. Hasilnya juga nihil.

Siti dan Zulfikar sudah kehilangan satu hektar lahan sawit dan satu petak tanah warisan orangtuanya untuk dijual demi kesembuhan Indah. Zulfikar bekerja sebagai petani, sedangkan Siti menjadi ibu rumah tangga.

"Sekarang tidak lagi saya bawa ke rumah sakit. Ya, di rumah saja sudah setahun ini karena kami sudah tak lagi punya biaya untuk membawa anak ke rumah sakit," kata Siti yang menjadi ibu rumah tangga.

Kini, keluarga Indah hanya berharap ada pihak yang mau membantu biaya pengobatannya. Siti merindukan gadis kecilnya kembali riang dan ceria seperti dahulu, seperti anak-anak seusianya.
Post a Comment (0)
Previous Post Next Post

Seragam Sekolah Untuk Cucu Nek. Asiah